Jumat, 23 Oktober 2015

Mengkhawatirkanmu aku gila.


Dengan segala hal siapa aku ini bagimu, semakin membuatku kacau. Tuan, ternyata perasaanku jatuh terlalu jauh padamu. Aku terhanyut pada rutinitas kita yang ternyata diam-diam membuat perasaanku semakin kuat.

Sesederhana ini aku jatuh hati. Hingga ketika kamu seharian tak  ada kabar, aku baper setengah mati. Memang sebelumnya kamu sudah pamit, tapi tetap saja ada sisi khawatir yang tak bisa ku enyahkan. Rasa takut kamu kenapa-kenapa, rasa takut kamu tak kembali pulang.

Mungkin ini berlebihan, namun ini aku dengan segala caraku.

Bantul | 16 September 2015

Persimpangan

Sore itu aku ingin menikmati senja denganmu.
Aku ingin kamu disampingku, aku ingin bersandar, aku ingin berlabuh.
Terombang-ambing di antara pergi dan berusaha tetap tinggal, sungguh melelahkan. 
Sekali saja, katakanlah padaku "Bertahanlah, tetaplah tinggal disini aku disampingmu". Naif memang. Tapi sesak tak bisa dielak. Aku tak kuat.

Bantul, 23 Oktober 2015.

Jumat, 16 Oktober 2015

Ketidakjelasan yang harus dilepaskan



Mencintaimu aku harus melepaskan dia yang terlebih dulu menjumpaiku.

Dia yang pertama kali meluluhkan pertahananku.
Dia yang pernah kujadikan sandaran ketika aku mulai berlari tak tentu arah.
Dia yang kujadikan alasan bertahan ketika sebuah kenyamanan sudah tak lagi menentramkan.
Dia yang kujadikan pegangan ketika aku limbung.
Dan dia adalah ketidakjelasan yang meluluh lantakan.
Menunggunya aku sekarat. Melukai banyak hati termasuk hatiku sendiri.

Dia memang pernah sedekat dekap, namun aku tak pernah bisa menjangkau dunianya.

Di dekapnya aku tenang, ada perasaan hangat yang mendamaikan. Namun setelah dekapannya di lepaskan ada hampa yang tak berkesudahan.

Di senyumnya aku pernah tertawa sepenuh hati, ada gelak bahagia yang pernah mencerahkan wajah murungku. Namun setelah dia pergi ada air mata yang membanjiri jiwa.

Di genggaman tanganmu aku pernah merasa aman, aku tak ragu pergi berpetualang denganmu, karena kamu tak akan melepaskan genggaman tanganku ketika berjalan di keramaian. Namun ada yang ngilu ketika genggaman itu dilepaskan, perasaan kehilanganmu semakin besar.

Pada kecup dikeningku aku pernah menemukan ketulusanmu, sesuatu yang kucari selama ini didirimu. Namun setelah kamu pulang aku tetap saja bukan tempatmu pulang.

Ketidakjelasan ini melukai seluruh sisi ditubuhku, dan ini pilihanku. Namun ketika kejelasan diberikan aku harus siap melepaskanmu. Rela ataupun tak rela kamu adalah ketidakjelasan yang harus dilepaskan.

Bantul | 19 September 2015

Jumat, 09 Oktober 2015

Idul Adha #2



Malam ini benar-benar menyenangkan bukan tuan?
Dari buka bareng, nongkrong, sampe kena macet terus nerobos orang lagi lomba takbir. *yang ini serius nekatnya* Momen yang tak terlupakan dan penuh cerita. Dengan sedikit malu dan tentu saja nekat. Ahh bukankah ini yang mengasyikkan sedikit nyeleneh lebih bisa jadi kenangan yang unforgettable.

Jalan bareng sama kamu pasti membuatku gak bisa berhenti tertawa, ada aja yang bisa bikin ketawa. Entah itu saling bully, saling ejek, ngomentarin orang lewat, atau bahas feeds nyeleneh. But wait malam ini aku dapet bahan bullyan baru buatmu ‘cewek sekseh’. Sumpah aku ketawa terpingkal-pingkal ngeliatin tingkah sama ekspresimu.

Ada yang beda malam ini ketika berjalan disampingmu, ada jarimu disela-sela jari tanganku. Sial bikin salting, bikin deg-degan. Tapi aku suka, ada perasaan lebih aman saat itu. Ku kira kamu hanya akan menggandeng tanganku ketika nyeberang saja seperti dulu, tapi ternyata disepanjang kita jalan kamu tak melepas tanganmu… meskipun awalnya canggung, aku tau itu.
Ahh sial selalu gak berani kontak mata. Aku malu diliatin terus. Ada rasa gak nyaman ketika diperhatikan seperti itu. Dan sialnya malam itu aku seolah menjadi satu-satunya objek penglihatan dia. Ah aku lupa dia pernah bilang sebelumnya “kalo aku di sampingmu aku bakal liat kamu”. -__-

Aku udah bayar utang sama dia, pipiku udah dicubit dan sakit rasanya dicubit. Tapi aku gak tega mau bales nyubit.. yauda tak biarin aja deh akhirnya.
Idul Adha tahun ini pun tak kalah menyenangkan dari tahun kemarin, karena selalu ada yang menemaniku buka puasa. Terimakasih untuk kenangan yang kita buat malam ini tuan.

Bantul | 22 September 2015

Jumat, 02 Oktober 2015

Perkenalan Pertama



Tahun ini Idul Adha keduaku di Jogja. Ada yang tak terlupakan ketika mengingat Idul Adha yaitu bagaimana pertama kalinya aku benar-benar mengenalmu. Meskipun tahun ini lebaran Idul Adha datang lebih awal dari tahun kemarin, moment itu tetap membekas.
Berawal dari sebuah tawaran nganter ke terminal tapi gak jadi karena masih ada urusan, terus berakhir di kasih nomer telepon. Haha lucu sii. Ternyata meski gak jadi nganter ehh malah jadinya ngejemput di terminal selang beberapa jam kemudian. Gak jadi mudik.
Rasanya bete, nungguin bus gak dapet-dapet terus kalo dapet gak boleh ikut soalnya Cuma turun di Solo, yang boleh ikut Cuma yang langsung ke Surabaya dan sekitarnya. Ahh sial diskriminasi. Karena sudah terlalu sore akhirnya batal pulang, takut kemaleman di jalan. *ngeri bayanginnya*
Di jemput di terminal sama dia, dan nyampe kost udah jam limaan, akhirnya sebagai ucapan terimakasih iseng ngajakin buka bareng, ehh dianya mau padahal aku gak tau juga sii dia puasa apa enggak *peduli amat itu mah urusan dia* haha. Karena udah nanggung mau maghrib akhirnya kita memutuskan mandi dulu, sholat dulu, baru nyari makan bareng.
Setelah muter-muter nyari tempat makan akhirnya nemu tempat makan juga. Rameeenya, mungkin karena emang pada buka puasa. Tapi kita beruntung masih dapet tempat dan gak begitu lama ngantrinya padahal mbak-mbak di sebelah datang lebih dulu tapi pesenannya yang nyampe di meja duluan punyaku *Alhamdulillah*.
Begitulah perkenalan resmi pertamaku sama dia…

Bantul | 22 September 2015

Kamis, 01 Oktober 2015

Matamu



Matamu sesuatu yang takut ku tatap.
Bukan karena aku tak menghargaimu ketika bicara.
Hanya saja aku takut menemukan sesuatu yang tak seharusnya ku lihat disana.
Sesuatu yang jujur. Sesuatu yang lebih berbicara dari pada mulut dengan kata-katanya.
Sesuatu yang lebih mengena perasaan. Sesuatu yang tak pernah kau utarakan.

Bantul | 1 Oktober 2015