Bagiku kamu itu sudah berada dalam
level terserahku.
Kamu buat hatiku layu, sekarat, dan kemudian mati.
Iya mungkin kamu tidak menyadari itu.
Keangkuhanmu itu membunuh semua respect ku.
Membunuh segala benih percayaku.
Keangkuhanmu itu membunuh semua respect ku.
Membunuh segala benih percayaku.
Sadarlah tuan, hidup itu tak melulu tentang inginmu, ambismu
dan angkuhmu.
Bagiku, semua hal itu memuakkan.
Bagiku, semua hal itu memuakkan.
Kamu pikir aku ini terminal apa? Yang dengan mudahnya kamu
injak-injak, kamu jadikan tempat sampah, kamu maki-maki dengan bahasa kasar yg
biasanya digunakan diterminal, dan setelah itu kamu dengan entengnya nganngep
itu tak terjadi apa-apa.
Kamu salah tuan, pada fase-fase seperti itu ada hal-hal
besar yang terjadi. Aku bukan patung yang tak punya hati, yang diam saja ketika
diperlakukan semena-mena. Aku punya hati, dan anda membuatnya mati sekarang.
Jadilah tuan, sekarang terserah anda. Saya sudah tidak
peduli lagi.
Tapi ingatlah tuan, anda itu tak tau malu dan tak punya cermin.
Tapi ingatlah tuan, anda itu tak tau malu dan tak punya cermin.
Jogjakarta, 10 Maret 2015
Dari kamar kosku setelah hujan angin
+ petir reda.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar