Rabu, 27 Mei 2015

Terserah

Bagiku kamu itu sudah berada dalam level terserahku.
Kamu buat hatiku layu, sekarat, dan kemudian mati.
Iya mungkin kamu tidak menyadari itu.
Keangkuhanmu itu membunuh semua respect ku.
Membunuh segala benih percayaku.
Sadarlah tuan, hidup itu tak melulu tentang inginmu, ambismu dan angkuhmu.
Bagiku, semua hal itu memuakkan.
Kamu pikir aku ini terminal apa? Yang dengan mudahnya kamu injak-injak, kamu jadikan tempat sampah, kamu maki-maki dengan bahasa kasar yg biasanya digunakan diterminal, dan setelah itu kamu dengan entengnya nganngep itu tak terjadi apa-apa.
Kamu salah tuan, pada fase-fase seperti itu ada hal-hal besar yang terjadi. Aku bukan patung yang tak punya hati, yang diam saja ketika diperlakukan semena-mena. Aku punya hati, dan anda membuatnya mati sekarang.
Jadilah tuan, sekarang terserah anda. Saya sudah tidak peduli lagi.
Tapi ingatlah tuan, anda itu tak tau malu dan tak punya cermin. 

Jogjakarta, 10 Maret 2015
Dari kamar kosku setelah hujan angin + petir reda.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar