Ta, delapan tahun
aku mengagumimu.
Aku gak tau kamu sadar apa enggak dengan perasaanku.
Ta, aku memang laki-laki pengecut yang tak berani mengungkapkan isi hatiku. Aku terlalu takut Ta, aku takut kamu menolakku, aku takut kamu nanti akhirnya menjauh.
Aku gak tau kamu sadar apa enggak dengan perasaanku.
Ta, aku memang laki-laki pengecut yang tak berani mengungkapkan isi hatiku. Aku terlalu takut Ta, aku takut kamu menolakku, aku takut kamu nanti akhirnya menjauh.
Ta, sekarang aku tau aku terlambat, dan
sangat-sangat terlambat.
Sekarang senyummu tak bisa lagi ku nikmati dengan puas, karena senyummu sekarang sudah menjadi milik seseorang yang halal bagimu. Seutuhnya Ta dan aku rela.
Sekarang senyummu tak bisa lagi ku nikmati dengan puas, karena senyummu sekarang sudah menjadi milik seseorang yang halal bagimu. Seutuhnya Ta dan aku rela.
Selamat ya Ta, atas pernikahanmu!
Aku nekat pulang Ta, hanya untuk menemui mu dan lelaki mu, dihari bahagia kalian sekaligus hari yang suram buatku. Rasanya sesak, ada air mata yang tertahan saat melihatmu bersanding di altar pernikahan.
Aku nekat pulang Ta, hanya untuk menemui mu dan lelaki mu, dihari bahagia kalian sekaligus hari yang suram buatku. Rasanya sesak, ada air mata yang tertahan saat melihatmu bersanding di altar pernikahan.
Ini akhir perjalananku mengagumimu ta, di
sini di tempat ini di bawah tenda biru ini. Untuk terakhir kalinya Ta aku
ingin melihat senyum bahagiamu meski itu bukan karenaku.
Aku datang Ta, aku menepati janjiku untuk
tetap melihatmu tersenyum. Senyummu sungguh-sugguh membuatku terpana, engkau
terlihat begitu anggun, cantik, dan sangat sangat bahagia. Konyol memang.
Gila memang. tapi Ta ini aku, aku yang sekarang rela melepasmu bersanding
dengan laki-laki itu aku tak ragu lagi setelah melihat binar-binar bahagia
terpancar jelas dari kedua matamu.
Sekarang ta, gak ada candaan logat
melayumu lagi. Gak ada lagi istilah "nasi lemak", dalam jawaban dari
pertanyaan. Makan sama apa? karena ini akhir dari delapan tahunku.
Berbahagialah ta, jadilah istri yang
istiqomah untuk suamimu dan jadilah ibu yang selalu dicintai anak-anakmu kelak,
jadilah keluarga kecil yang selalu dikaruniai kebahagiaan. Seperti yang pernah
diam-diam aku doakan untuk kita nantinya. Sekarang doa itu hanya untuk
mu.Untukku? aku pun ingin segera seperti doa-doaku.
Terinspirasi dari curhat colongan mas-mas
absurd yang jauh-jauh balik dari Karawang hanya untuk datang kondangan mantan.
Mantan wanita yang dia kagumi selama delapan tahun.
Berbahagialah juga mas!!
Semi fiksi.
Kost | 16
Juni 2015
Tidak ada komentar:
Posting Komentar